hadits saling memaafkan sebelum hari arafah
Barang siapa melakukan tindak kelaliman kepada seseorang, baik pada harga diri atau harta bendanya, hendaknya ia segera menyelesaikannya sekarang juga, sebelum datang hari kiamat, suatu hari yang tidak berlaku lagi uang dinar atau dirham. Akibatnya, bila ia memiliki amal shaleh, maka akan dipungut sebanyak tindak kelalimannya.
Dalamkitab Al-Ghuniyyah dan Tafsir As-Showie, berdasarkan sebuah hadits, diriwayatkan ada enam (6) kelompok lain yang juga tidak mendapatkan ampunan dari Allah di malam Nishfu Sya'ban sebelum mereka bertobat dan meninggalkan perbuatannya, yaitu: 1- Tukang sihir. 2- Tukang ramal. 3- Pemabuk. 4- Pemakan harta Riba.
Beberapakeutamaan hari Arafah: ⑴ Hari Arafah merupakan hari disempurnakannya agama dan nikmat. ⑵ Diriwayatkan bahwa hari Arafah merupakan hari yang paling utama. Ini diriwayatkan oleh Imam Ibnu Hibban di dalam shahīhnya yang bersumber dari hadīts Jabīr radhiyallāhu ta'ala 'anhu dari Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.
Katagersang yang cocok untuk mengingatkan kebaikan bulan Ramadhan. 20. Sebelum Ramadhan tiba mengingatkan untuk saling ikhlas memaafkan. 21. Coba ingat-ingat apa janjimu. 22. Kemenangan adalah ketika bisa saling memaafkan. 23. Meminta maaf atas segala tindakan dan ucapan yang pernah salah.
Adayang berpendapat bahwa yang dilakukan Nabi SAW ini agar seluruh tempat yang dilewati mendapat rahmat Allah SAW. Prosesi terakhir adalah saling memberi maaf dan meminta maaf. Sebab, inilah ciri orang bertakwa, seperti firman-Nya, " (Yaitu) orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang.
những cô gái trẻ bị ăn thịt ở tây tạng. PUASA arafah memiliki keutamaan dapat menghapus dosa satu tahun sebelum dan satu tahun sesudahnya. Dalam hadis dari sahabat Abu Qatadah dinyatakan, bahwa Nabi shallallahu’alaihi wasallam pernah ditanya tentang puasa arafah dan puasa Asyuro, beliau menjawab, صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ “Puasa satu hari Arafah 9 Dzulhijjah, saya berharap kepada Allah, Dia akan menghapuskan dosa satu tahun sebelumnya dan satu tahun setelahnya. Dan puasa hari Asyura’ 10 Muharram, saya berharap kepada Allah, Dia akan menghapuskan dosa satu tahun sebelumnya.” HR. Muslim, no 1162. Namun pertanyaannya, apakah hal ini berlaku untuk seluruh dosa, sehingga seorang tidak perlu istighfar dan taubat? Atau bila perlu seorang bisa beralasan dengan puasa Arafah untuk melegalkan maksiat yang dia lakukan? BACA JUGA Apa Saja Keutamaan Hari Arafah? Mari kita simak penjelasan Imam Nawawi berikut, ketika menjelaskan hadis di atas, معناه يكفر ذنوب صائمه في السنتين، قالوا والمراد بها الصغائر…. فإن لم تكن صغائر يرجى التخفيف من الكبائر، فإن لم يكن رفعت درجاته Makna hadits ini, puasa arafah akan menghapus dosa selama dua tahun yakni 1 tahun sebelum dan sesudahnya bagi orang yang melakukan puasa ini, para ulama mengatakan, ”Maksudnya dosa-dosa yang terhapus itu adalah dosa kecil.” Bila dia tidak memiliki dosa kecil, diharapkan puasa ini menjadi penyebab meringankan dosa besar yang dia lakukan. Apabila tidak memiliki dosa besar, puasa ini akan menjadi penyebab naiknya derajat dia. Al-Minhaj Syarah Shahih Muslim, 8/51 Dosa yang terampuni dengan sebab puasa arafah dan amal shalih lainnya, hanya dosa kecil saja. Tidak berlaku untuk dosa besar. Maka tidak benar beralasan dengan puasa arofah, untuk menghibur diri supaya merasa aman/legal melakukan dosa besar. Karena dosa yang disinggung dalam hadits, yang terhapus dengan sebab puasa arafah, maksudnya adalah dosa kecil saja. Dosa besar, hanya terampuni dengan bertaubat yang jujur kepada Allah, yakni memohon ampunan, penyesalan, serta tekad untuk tidak mengulangi. Foto NPR Dikutip dari Kumparan, sebenarnya puasa arafah tidak jauh berbeda dengan puasa Ramadhan. Namun, dalam pelafalan niatnya terdapat beberapa hal yang berbeda. Menjalankan puasa arafah dengan ikhlas dan khidmat akan mendapat ampunan dari Allah SWT. Sebelum memulai puasa arafah, tentu kita diwajibkan untuk membaca niat terlebih dahulu. Meski niat tempatnya di dalam hati, kita boleh melafalkannya dengan lisan. Adapun niat puasa arafah adalah sebagai berikut. Nawaitu shouma arafata sunnatan lillahi ta’alaa Artinya, “Saya niat puasa sunnah arafah karena Allah Ta’ala.” Niat ini bisa dibaca saat malam hari atau ketika sahur. Sedangkan doa buka puasa arafah, yaitu. Allahumma laka shumtu wabika amantu wa’ala rizqika afthartu birahmatika yaa arhamar rahimiin Artinya, “Ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa, dan kepada-Mu aku beriman, dengan rizqi-Mu aku berbuka, dengan rahmat-Mu, wahai Dzat yang Maha Penyayang.” Bisa dilihat jika bacaan doa untuk buka puasa arafah sama dengan doa buka puasa lainnya. Saat mengerjakan puasa arafah, Anda dapat memperbanyak amalan sunnah lainnya, seperti membaca Al-Quran, berdzikir, berbuat bagi kepada orang lain, maupun bersedekah. Meskipun puasa arafah termasuk puasa sunnah, namun tentu akan lebih baik jika kita melaksanakan sebagai bentuk amalan di bulan Dzulhijjah dengan harapan mendapat ridho dari Allah SWT dan semakin dekat kepada-Nya. Akan tetapi, tidak lantas Anda meninggalkan ibadah wajib lainnya. Sebagai seorang muslim, tentu kita senantiasa harus melakukan ibadah yang diperintahkan oleh Allah SWT. Amalan di Hari Arafah Foto Unsplash Hari arafah adalah hari ijabah doa. Para salaf dahulu saling memperingatkan pada hari Arafah untuk sibuk beribadah, memperbanyak doa, dan tidak banyak bergaul dengan manusia. BACA JUGA Kenapa Hari Arafah Begitu Istimewa? Atho’ bin Abi Robbah mengatakan pada Umar bin Al Warod, “Jika engkau mampu mengasingkan diri di siang hari Arafah, maka lakukanlah.” Ahwalus Salaf fil Hajj, hal. 44 Untuk itu sudah seharusnya kita memperbanyak doa agar diberikan rezeki yang berkah, diampuni dosa-dosa dan dibebaskan dari api neraka. Selain itu, patutlah kita juga mendoakan saudara-saudara seakidah yang masih terzalimi di negeri muslim lainnya. Doakan pula negeri kita yang sering dilanda bencana dan kerap diliputi berbagai problematika. Dan jangan lupa untuk berdoa agar negeri kita dan dunia terbebas dari pandemi yang telah banyak merenggut nyawa dan membuat perekonomian dunia hancur. Doa ini bagi yang wukuf dimulai dari siang hari selepas matahari tergelincir ke barat masuk shalat Zhuhur hingga terbenamnya matahari. []
Saling meminta dan memberi maaf adalah perintah Allah SWT untuk semua hamba-Nya. Karena di dalamnya banyak pintu-pintu kebaikan dan kemuliaan. Sebagaimana firman Allah SWT;الَّذِينَ يُنْفِقُون فِي السَّرَّاء وَالضَّرَّاء وَالْكَاظِمِين الْغَيْظَ وَالْعَافِين عَنِ النَّاسِ وَاللَّه يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَMereka adalah orang-orang yang menafkahkan hartanya, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.QS. Ali Imran 134Memberi maaf merupakan bagian dari perbuatan atau sifat seorang mukmin. Adapun Makna memaafkan menurut Syekh Mutawalli As-Sya’rawi rahimahullaah di dalam kitab Tafsir As-Sya’rawi adalah sebagai berikut Bahwasanya kalimat maaf itu diambil dari potongan ayat النَّاسِ عَن وَالْعَافِين, maksud dari kalimat affa adalah affa alal atsar. Atsar yang dimaksud adalah bekas yang ditinggalkan dalam perjalanan manusia, seperti halnya bekas perjalanan mereka di padang pasir. Kemudian datanglah angin, menghapus bekas dari perjalanan mereka seperti halnya jejak kaki yang terhapus.Meminta maaf dan saling memaafkan, juga seperti debu-debu ataupun pasir yang terhempas angin. Seolah-olah dosa dan kesalahan tersebut hilang, tak berbekas. Hal ini juga sejalan dengan isyarat yang ada dalam hadis Rasulullah SAW untuk segera menghapus kesalahan bermaaf-maafan yaitu;عن أبي هريرة رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم من كانت له مظلمة لأخيه من عرضه أو شيء فليتحلله منه اليوم قبل أن لا يكون دينار ولا درهم إن كان له عمل صالح أخذ منه بقدر مظلمته وإن لم تكن له حسنات أخذ من سيئات صاحبه فحمل عليهDari Abu Hurairah RA bahwasanya; Rasulullah SAW bersabda “Siapa yang pernah mempunyai kedzaliman terhadap seseorang, baik terhadap kehormatannya atau apapun, maka minta halallah darinya hari ini!. sebelum tidak ada emas dan perak, yang ada adalah jika dia mempunyai amal shalih, maka akan diambil darinya sesuai dengan kedzalimannya, jika dia tidak mempunyai kebaikan, maka akan diambilkan dosa lawannya dan ditanggungkan kepadanya”. HR. Bukhari No. 2449.Lalu bagaimana perbuatan untuk saling memaafkan setiap saat setelah melakukan kesalahan, dilakukan untuk menyambut dan meramaikan datangnya bulan suci Ramadhan? Atau bahkan dijadikan tradisi para muslim di dunia ketika Ramadhan akan datang. Mengingat ada sebuah hadis yang mengecam seorang mukmin yang tidak mendapat ampunan tatkala melewati أبي هريرة أن رسول الله صلى الله عليه و سلم رقي المنبر فقال آمين آمين آمين فقيل له يارسول الله ما كنت تصنع هذا ؟ ! فقال قال لي جبريل أرغم الله أنف عبد أو بعد دخل رمضان فلم يغفر له فقلت آمين ثم قال رغم أنف عبد أو بعد أدرك و الديه أو أحدهما لم يدخله الجنة فقلت آمين ثم قال رغم أنف عبد أو بعد ذكرت عنده فلم يصل عليك فقلت آمين قال الأعظمي إسناده جيدDari Abu Hurairah RA beliau menceritakan; Rasulullah SAW naik mimbar lalu beliau mengucapkan, Amin … amin … amin.’ Para sahabat bertanya, Kenapa engkau berkata demikian, wahai Rasulullah?’ Kemudian, beliau bersabda, Baru saja Jibril berkata kepadaku, Allah melaknat seorang hamba yang melewati Ramadhan tanpa mendapatkan ampunan,’ maka kukatakan, Amin.’ Kemudian, Jibril berkata lagi, Allah melaknat seorang hamba yang mengetahui kedua orang tuanya masih hidup, namun itu tidak membuatnya masuk Jannah karena tidak berbakti kepada mereka berdua,’ maka aku berkata, Amin.’ Kemudian, Jibril berkata lagi, Allah melaknat seorang hamba yang tidak bershalawat ketika disebut namamu,’ maka kukatakan, Amin.” HR. Bukhari No. 646, Ibnu Khuzaimah No. 1888, Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra No. 8767.Budaya saling meminta maaf sebelum Ramadhan, memang akhirnya merupakan sarana untuk saling menyapa dan berbagi kebahagiaan akan datangnya bulan Ramadhan. Sekaligus membersihkan diri dari dosa-dosa sebelum menjalani ibadah puasa, karena manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Dan supaya saat Ramadhan telah pergi meninggalkan kita, kita sudah dalam keadaan terampuni dari segala dosa yang pernah kita ungkapan meminta maaf dan saling memaafkan yang harus dilakukan setiap saat dan tidak menunggu waktu tertentu. Apakah tradisi bermaaf-maafan sebelum Ramadhan ini tidak dianjurkan dan bertentangan dengan agama, karena tidak ada dalil yang saja hal ini bukanlah sesuatu yang bertentangan dengan agama apalagi tidak dianjurkan. karena dalam pandangan para ulama bahwa menjalani kegiatan atau ritual ibadah, yang sifatnya sunnah dan baik, kemudin dijalankan setahun sekali atau pada momen-momen tertentu, adalah perkara yang ini didasarkan kepada hadis yang Ibnu Umar RA;عَنْ ابْن عُمَر رَضِي الله عَنْهمَا قَال كَانَ النَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم يَأْتِي مَسْجِدَ قُبَاءٍ كُلَّ سَبْتٍ مَاشِيًا وَرَاكِبا وَكَانَ عَبْد اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ يَفْعَلُهُ. رواه البخاري“Ibnu Umar RA berkata “Nabi SAW selalu mendatangi Masjid Quba’ setiap hari sabtu, dengan berjalan kaki dan berkendaraan.” Dan Abdullah bin Umar RA juga selalu melakukannya. HR. Bukhari, [1193].Hadis ini kemudian dijelaskan secara rinci oleh Syaikhul Islam Ibnu Hajar RA dalam kitabnya Fathul Bari sebagaimana berikut;وفي هذا الحديث على اختلاف طرقه دلالة على جواز تخصيص بعض الأيام ببعض الأعمال الصالحه والمداومه على ذلك وفيه أن النهي عن شد الرحال لغير المساجد الثلاثه ليس على التحريم“Hadis ini, dengan jalur-jalurnya yang berbeda, mengandung dalil bolehnya menentukan sebagian hari, dengan sebagian amal shalih dan melakukannya secara rutin. Hadis ini juga mengandung dalil, bahwa larangan berziarah ke selain Masjid yang tiga, bukan larangan yang diharamkan.”Datangnya Ramadhan bukan hanya disambut dengan suka cita saja, namun diharapkan tetap menjaga dan melestarikan berbagai tradisi menjelang datangnya Ramadhan, salah satunya yaitu tradisi bermaaf-maafan. Hal ini dilakukan supaya kita bisa memperoleh berkah dan keutamaan bulan-bulan mulia Allah. Kullu Amm wa Antum bi A’lam
Dalam ajaran Islam, memaafkan sesama umat manusia merupakan salah satu nilai yang sangat ditekankan. Hal ini tercermin dalam banyak hadits dan ayat-ayat suci Al-Quran yang mengajarkan pentingnya memaafkan, bahkan di saat yang paling sulit sekalipun. Salah satu hadits yang menjadi perhatian khusus adalah hadits saling memaafkan sebelum hari Arafah. Hadits ini memiliki makna dan manfaat yang sangat besar bagi kita semua, terutama dalam meningkatkan spiritualitas dan kedamaian Apa itu Hadits Saling Memaafkan Sebelum Hari Arafah? Hadits saling memaafkan sebelum hari Arafah merupakan salah satu hadits yang diucapkan oleh Nabi Muhammad SAW pada saat wukuf di Arafah. Wukuf di Arafah sendiri merupakan salah satu rukun haji yang dilakukan pada tanggal 9 Dzulhijjah. Hadits ini memiliki banyak variasi redaksi, namun intinya tetap sama yaitu mengajarkan pentingnya memaafkan sesama manusia sebelum hari Arafah. Berikut adalah salah satu variasi redaksi hadits saling memaafkan sebelum hari ArafahVariasi Redaksi HaditsArtinyaمَنْ كَانَ لَهُ مَظْلِمَةٌ عَلَى أَخِيهِ فَلْيُؤَدِّهَا الْيَوْمَ قَبْلَ أَنْ يَكُونَ لَا دِينَارَ وَلَا دِرْهَمَ“Barang siapa mempunyai kesalahan terhadap saudaranya, maka hendaklah dia meminta maaf pada hari ini, sebelum datang hari di mana tidak ada lagi harta dinar dan dirham.”مَنْ كَانَ عِنْدَهُ مَظْلِمَةٌ لِأَخِيهِ فَلْيُحَلِّلْهَا الْيَوْمَ قَبْلَ أَنْ يَكُونَ لَا دِينَارَ وَلَا دِرْهَمَ“Barang siapa mempunyai kesalahan terhadap saudaranya, maka hendaklah dia mengampuninya pada hari ini, sebelum datang hari di mana tidak ada lagi harta dinar dan dirham.” Dalam hadits tersebut, Nabi Muhammad SAW mengingatkan umat Islam untuk saling memaafkan dan mengakhiri konflik sebelum hari Arafah tiba. Hal ini karena hari Arafah merupakan hari yang sangat mulia dan penuh berkah di mata Allah SWT. Memaafkan sesama manusia sebelum hari Arafah tiba juga dianggap sebagai salah satu cara untuk memperoleh ampunan dan keberkahan dari Allah SWT. Mengapa Memaafkan Sangat Penting dalam Islam? Memaafkan merupakan nilai yang sangat penting dalam ajaran Islam, dan hal ini tercermin dalam banyak ayat-ayat suci Al-Quran dan hadits-hadits Nabi Muhammad SAW. Salah satu ayat yang mengajarkan pentingnya memaafkan adalah ayat Al-Hujurat 4911, yang berbunyi “Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, boleh jadi mereka lebih baik dari mereka; dan jangan pula wanita-wanita mengolok-olokkan wanita-wanita lain, boleh jadi mereka lebih baik dari mereka. Dan janganlah kamu saling mencela dan janganlah kamu saling memanggil dengan gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah panggilan yang buruk sesudah iman, dan barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” Ayat ini mengajarkan bahwa sebagai umat Islam, kita harus saling menghormati dan menghargai satu sama lain, serta tidak saling mencela atau memanggil dengan panggilan yang buruk. Hal ini karena semua manusia sama di mata Allah SWT, dan tidak ada yang lebih baik dari yang lain kecuali berdasarkan ketaqwaan dan amalan baik yang dilakukan. Selain itu, memaafkan juga dianggap sebagai salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan memperoleh ampunan-Nya. Seperti yang disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Al-Tirmidzi, Nabi Muhammad SAW bersabda “Barangsiapa memaafkan kesalahan saudaranya, maka Allah akan memperbanyak kebaikan-kebaikan dan memberikan keberkahan dalam hidupnya.” Dengan memaafkan kesalahan orang lain, kita juga akan memperoleh pahala dan keberkahan dari Allah SWT. Selain itu, memaafkan juga dapat membantu meningkatkan kualitas hubungan antarmanusia, serta menciptakan kedamaian dan kebahagiaan di dalam hati. Manfaat dari Hadits Saling Memaafkan Sebelum Hari Arafah Hadits saling memaafkan sebelum hari Arafah memiliki banyak manfaat yang sangat penting bagi kehidupan umat Islam. Beberapa manfaat dari hadits ini antara lain Meningkatkan spiritualitas dan keimanan Dengan memaafkan kesalahan orang lain, kita akan memperlihatkan sikap toleransi dan kasih sayang yang merupakan nilai-nilai penting dalam ajaran Islam. Selain itu, memaafkan juga dapat membantu kita untuk meningkatkan kualitas ibadah kita, sehingga kita dapat lebih dekat dengan Allah SWT dan memperoleh keberkahan-Nya. Menjaga hubungan antarmanusia Konflik dan perselisihan seringkali dapat terjadi dalam kehidupan sehari-hari, baik di dalam keluarga, di tempat kerja, maupun di lingkungan sosial lainnya. Namun, dengan memaafkan kesalahan orang lain, kita dapat membantu menjaga hubungan antarmanusia agar tetap harmonis dan tidak terganggu. Menciptakan kedamaian dan kebahagiaan di dalam hati Memaafkan kesalahan orang lain dapat membantu kita untuk melepaskan beban pikiran dan perasaan negatif yang dapat mengganggu kesehatan jiwa dan pikiran kita. Dengan memaafkan, kita memilih untuk fokus pada hal-hal yang positif dan membangun, serta menciptakan kedamaian dan kebahagiaan di dalam hati kita. Bagaimana Cara Mempraktikkan Hadits Saling Memaafkan Sebelum Hari Arafah? Salah satu cara untuk mempraktikkan hadits saling memaafkan sebelum hari Arafah adalah dengan meminta maaf pada orang-orang yang telah kita lakukan kesalahan terhadap mereka. Hal ini dapat dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung, misalnya melalui pesan atau tulisan. Selain itu, kita juga dapat mencoba untuk memperlihatkan sikap toleransi dan pengampunan terhadap kesalahan orang lain, baik yang dilakukan kepada kita maupun orang lain. Namun, perlu diingat bahwa memaafkan tidak selalu mudah dilakukan, terutama jika kesalahan yang dilakukan oleh orang lain sangat besar atau menyakitkan. Oleh karena itu, kita perlu memperlihatkan kesabaran, keteguhan hati, dan keikhlasan yang tinggi dalam memaafkan kesalahan orang lain. Kesimpulan Hadits saling memaafkan sebelum hari Arafah merupakan salah satu hadits yang sangat penting dalam ajaran Islam, karena mengajarkan umat Islam untuk saling memaafkan dan mengakhiri konflik di antara mereka sebelum hari Arafah tiba. Memaafkan merupakan nilai yang sangat penting dalam Islam, karena membantu kita untuk meningkatkan spiritualitas dan keimanan, menjaga hubungan antarmanusia, serta menciptakan kedamaian dan kebahagiaan di dalam hati. Oleh karena itu, sebagai umat Islam, kita perlu berusaha untuk mempraktikkan hadits saling memaafkan sebelum hari Arafah dalam kehidupan sehari-hari, dan memperlihatkan sikap toleransi, pengampunan, dan kasih sayang terhadap sesama manusia.
Skip to content HomeLandasan AgamaFikih dan MuamalahNasihat HatiNasihat UlamaSejarah IslamHomeLandasan AgamaFikih dan MuamalahNasihat HatiNasihat UlamaSejarah IslamHomeLandasan AgamaFikih dan MuamalahNasihat HatiNasihat UlamaSejarah Islam HADIS TENTANG MAAF-MAAFAN DI HARI ARAFAH HOAX HADIS TENTANG MAAF-MAAFAN DI HARI ARAFAH HOAX بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ HADIS TENTANG MAAF-MAAFAN DI HARI ARAFAH HOAX Tersebar broadcast, mengatasnamakan Imam Muhammad al Baqir radhiallahu Anhu, beliau dianggap imam oleh penganut Syiah, padahal beliau bukan Syiah, yang menganjurkan saling memaafkan di Hari Arafah. Lalu dikutip hadis Nabi ﷺ yang menganjurkan hal itu, dengan alasan amal manusia diangkat saat Hari Arafah. Itu adalah DUSTA, dan TIDAK ADA dalam kitab-kitab hadis Nabi ﷺ. Dalam Ad Durar As Sanniyah-nya Syaikh Alawi bin Abdul Qadir as Saqqaf disebutkan حديث ترفع الأعمال يوم عرفة، إلا المتخاصمين، أو يوم عرفة تُرفع جميع الأعمال إلى الله ما عدَا المتخاصمين. الدرجة ليس بحديث، ولا وجود له في كتب السُّنة Hadis “Amal manusia diangkat di Hari Arafah, kecuali orang yang sedang bermusuhan”, atau hadis “Hari Arafah adalah hari diangkatnya amal kepada Allah, kecuali orang-orang yang bermusuhan.” [Derajat Ini BUKAN HADIS, dan TIDAK ADA dalam kitab-kitab Sunnah] Kemudian dalam Asy Syabakah Al Islamiyyah no. 22798 فلا نعلم حديثا بهذا اللفظ ولا بمعناه. وننبه إلى أنه لا يجوز نشر هذا الكلام، حيث لم يثبت كونه حديثا نبويا لا صحيحا ولا ضعيفا Kami tidak ketahui hadis dengan lafal dan makna seperti itu. TIDAK BOLEH MENYEBARKAN ucapan ini, di saat tidak diketahui kesahihannya dan kedhaifannya. selesai Semata maaf-maafan, tentu kapan pun dan di mana pun, boleh-boleh saja. Tapi yang jadi masalah, ketika itu dikhususkan dengan Hari Arafah dan seolah satu paket dengan Hari Arafah, lalu menganggapnya sebagai Sunnah Nabi ﷺ, inilah letak kebohongannya. Penulis al-Ustadz Farid Nu’man Hasan hafizhahullah Ikuti kami selengkapnya di WhatsApp +61 450 134 878 silakan mendaftar terlebih dahulu Website Facebook Instagram NasihatSahabatCom Telegram Pinterest Related Posts
Oleh Aswar Hasan, Deklarator KPPSI Komite Persiapan Penegakan Syariat Islam Sulawesi Selatan, KPI Pusat Periode 2019/2022, Dosen tetap Ilmu Komunikasi Fisip Unhas Makassar Momen lebaran Idul Fitri dimeriahkan dengan ucapan permintaan maaf dari lahir hingga batin. Ucapan semacam itu, bertebaran di media sosial, di iklan media mainstream ataupun di setiap momen perjumpaan secara fisik, terucap kata “Mohon Maaf Lahir Batin”. Ya, meminta maaf lahir batin, sudah merupakan Kebutuhan manusia yang tak luput dari salah dan khilaf. Kita pun baru merasa tenang dan kembali normal saling bersilaturrahmi, jika sudah saling dalam konteks akhlak Islamiyah, yang paling ditekankan adalah mengutamakan point diksi memaafkan bukan meminta maaf. Karena faktor kultur, sosiologis dan psikologis, masyarakat pun mendahulukan meminta maaf. Sementara itu, pengarusutamaan untuk lebih mengutamakan memaafkan pun, menjadi faktor terkemudiankan. Akhirnya, yang lebih memasyarakat adalah pilihan untuk memulai mengajukan/menyampaikan permintaan maaf. Padahal, menurut Pakar Tafsir Alquran Quraish Shihab, hampir tidak ditemukan dalam Alquran perintah untuk meminta maaf. Meminta maaf tidak perlu diperintahkan, karena meminta maaf hanya datang jika seseorang menyadari kesalahannya, sehingga dengan tulus memintanya 13/5-2019. “Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh." QS. Al-A’raf 199. Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin Allah mengampunimu? Dan Allah adalah maha pengampun lagi maha penyayang”. QS An-Nuur 22 “Dan sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun al Mujadilah2. Dipertegas lagi dengan hadits, bahwa “Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah bersabda “Barangsiapa memaafkan saat dia mampu membalas maka Allah memberinya maaf pada hari kesulitan HR Ath-Thabrani. Jadi, mendahului dengan inisiatif untuk memaafkan, adalah hal yang diutamakan, “Rasulullah SAW bersabda, "Iman yang paling utama adalah sabar dan pemaaf atau lapang dada," HR. Bukhari dan Ad Dailani. “Maafkanlah, niscaya kamu akan dimaafkan oleh Allah." HR. At Tabrani. Jadi, sesungguhnya yang ideal itu adalah memasyarakatkan untuk saling memaafkan bukan sekadar menyemarakkan untuk saling meminta maaf. “Barangsiapa memaafkan saat dia mampu membalas maka Allah memberinya maaf pada hari kesulitan”. HR Ath-Thabrani.Memaafkan itu adalah refleksi dari resultante puasa selama Ramadhan, yaitu taqwa. Dengan kata lain, memaafkan itu adalah manifestasi dari taqwa sebagai hasil penggodokan Iman selama ramadan QS. 2 183, 3 133,134.Karenanya, jika seseorang yang justru terlebih dahulu datang meminta maaf, maka secara akhlak Islami, wajib hukumnya untuk memaafkannya. Jika tidak juga mau memaafkan, maka jangan harap diberi kesempatan untuk mendatangi telaga Al Kausar “Barangsiapa yang didatangi saudaranya yang hendak meminta maaf, hendaklah memaafkannya, apakah ia berada di pihak yang benar ataukah yang salah, apabila tidak melakukan hal tersebut memaafkan, niscaya tidak akan mendatangi telagaku di akhirat HR Al-Hakim. Sungguh, memaafkan itu lebih utama daripada meminta maaf terlepas siapa yang salah. Termasuk bagi yang telah merasa terzalimi. “Barangsiapa memaafkan saat dia mampu membalas maka Allah memberinya maaf pada hari kesulitan HR Ath-Thabrani.
hadits saling memaafkan sebelum hari arafah